Doa hari ini: Tuhan, beri aku ketenangan dlm menerima hal buruk, keberanian untuk mengubahnya, dan kebijaksanaan untuk melakukannya.
Minggu, 29 Mei 2016
Selasa, 24 Mei 2016
BERSHALAWATLAH!!!!
ANJURAN BERSHALAWAT KEPADA NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM [1]
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Di antara hak Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang disyari’atkan Allah Subhanahu wa Ta’ala atas ummatnya adalah agar mereka mengucapkan shalawat dan salam untuk beliau. Allah Subhanahu wa Ta’ala dan para Malaikat-Nya telah bershalawat kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada para hamba-Nya agar mengucapkan shalawat dan taslim kepada beliau. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” [Al-Ahzaab: 56]
Diriwayatkan bahwa makna shalawat Allah kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah pujian Allah atas beliau di hadapan para Malaikat-Nya, sedang shalawat Malaikat berarti mendo’akan beliau, dan shalawat ummatnya berarti permohonan ampun bagi beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam ayat di atas, Allah telah menyebutkan tentang kedudukan hamba dan Rasul-Nya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada tempat yang tertinggi, bahwasanya Dia memujinya di hadapan para Malaikat yang terdekat, dan bahwa para Malaikat pun mendo’akan untuknya, lalu Allah memerintahkan segenap penghuni alam ini untuk mengucapkan shalawat dan salam atasnya, sehingga bersatulah pujian untuk beliau di alam yang tertinggi dengan alam terendah (bumi).
Adapun makna: “Ucapkanlah salam untuknya” adalah berilah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam penghormatan dengan penghormatan Islam. Dan jika bershalawat kepada Nabi Muhammad hendaklah seseorang menghimpunnya dengan salam untuk beliau. Karena itu hendaknya tidak membatasi dengan salah satunya saja. Misalnya dengan mengucapkan: “Shallallaahu ‘alaih (semoga shalawat dilimpahkan untuknya)” atau hanya mengucapkan: “‘alaihis salaam (semoga dilimpahkan untuknya keselamatan).” Hal itu karena Allah memerintahkan untuk mengucapkan keduanya.
Mengucapkan shalawat untuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam diperintahkan oleh syari’at pada waktu-waktu yang dipentingkan, baik yang hukumnya wajib atau sunnah muakkadah. Dalam kitab Jalaa’ul Afhaam, Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan 41 waktu (tempat). Beliau rahimahullah memulai dengan sesuatu yang paling penting yakni ketika shalat di akhir tasyahhud. Di waktu tersebut para ulama sepakat tentang disyari’atkannya bershalawat untuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun mereka berselisih tentang hukum wajibnya. Di antara waktu lain yang beliau sebutkan adalah di akhir Qunut, kemudian saat khutbah, seperti khutbah Jum’at, hari raya dan istisqa’, kemudian setelah menjawab muadzdzin, ketika berdo’a, ketika masuk dan keluar dari masjid, juga ketika menyebut nama beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan kepada kaum Muslimin tentang tatacara mengucapkan shalawat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan untuk memperbanyak membaca shalawat kepadanya pada hari Jum’at.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَكْثِرُوا الصَّلاَةَ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةَ الْجُمُعَةِ، فَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا.
“Perbanyaklah kalian membaca shalawat kepadaku pada hari dan malam Jum’at, barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali.”[2]
Kemudian Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan beberapa manfaat dari mengucapkan shalawat untuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dimana beliau menyebutkan ada 40 manfaat. Di antara manfaat itu adalah:
1. Shalawat merupakan bentuk ketaatan kepada perintah Allah.
2. Mendapatkan 10 kali shalawat dari Allah bagi yang bershalawat sekali untuk beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
3. Diharapkan dikabulkannya do’a apabila didahului dengan shalawat tersebut.
4. Shalawat merupakan sebab mendapatkan syafa’at dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, jika ketika mengucapkan shalawat diiringi dengan permohonan kepada Allah agar memberikan wasilah (kedudukan yang tinggi) kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari Kiamat.
5. Shalawat merupakan sebab diampuninya dosa-dosa.
6. Shalawat merupakan sebab sehingga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab orang yang mengucapkan shalawat dan salam kepadanya.[3]
2. Mendapatkan 10 kali shalawat dari Allah bagi yang bershalawat sekali untuk beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
3. Diharapkan dikabulkannya do’a apabila didahului dengan shalawat tersebut.
4. Shalawat merupakan sebab mendapatkan syafa’at dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, jika ketika mengucapkan shalawat diiringi dengan permohonan kepada Allah agar memberikan wasilah (kedudukan yang tinggi) kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari Kiamat.
5. Shalawat merupakan sebab diampuninya dosa-dosa.
6. Shalawat merupakan sebab sehingga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab orang yang mengucapkan shalawat dan salam kepadanya.[3]
Tetapi tidak dibenarkan mengkhususkan waktu dan cara tertentu dalam bershalawat dan memuji beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam kecuali berdasarkan dalil shahih dari Al-Qur-an dan As-Sunnah. Para ulama Ahlus Sunnah telah banyak meriwayatkan lafazh-lafazh shalawat yang shahih, sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para Sahabatnya Radhiyallahu anhum.
Di antaranya adalah:
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، اَللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
“Ya Allah, berikanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Mahaterpuji lagi Mahamulia. Ya Allah, berikanlah berkah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Mahaterpuji lagi Maha-mulia.” [4]
Semoga shalawat dan salam senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi yang mulia ini, juga bagi keluarga beliau, para Sahabat, dan orang-orang yang mengikuti jejak beliau hingga hari Kiamat.
LARANGAN GHULUW DAN BERLEBIH-LEBIHAN DALAM MEMUJI NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM
Ghuluw artinya melampaui batas. Dikatakan: “ غَلاَ يَغْلُو غُلُوًّا ,” jika ia melampaui batas dalam ukuran. Allah berfirman:
لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ
“Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu.” [An-Nisaa’: 171]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّيْنِ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ اَلْغُلُوُّ فِي الدِّيْنِ.
“Jauhkanlah diri kalian dari ghuluw (berlebih-lebihan) dalam agama, karena sesungguhnya sikap ghuluw ini telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.” [5]
Salah satu sebab yang membuat seseorang menjadi kufur adalah sikap ghuluw dalam beragama, baik kepada orang shalih atau dianggap wali, maupun ghuluw kepada kuburan para wali, hingga mereka minta dan berdo’a kepadanya padahal ini adalah perbuatan syirik akbar.
Sedangkan ithra’ artinya melampaui batas (berlebih-lebihan) dalam memuji serta berbohong karenanya. Dan yang dimaksud dengan ghuluw dalam hak Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah melampaui batas dalam menyanjungnya, sehingga mengangkatnya di atas derajatnya sebagai hamba dan Rasul (utusan) Allah, menisbatkan kepadanya sebagian dari sifat-sifat Ilahiyyah. Hal itu misalnya dengan memohon dan meminta pertolongan kepada beliau, tawassul dengan beliau, atau tawassul dengan kedudukan dan kehormatan beliau, bersumpah dengan nama beliau, sebagai bentuk ‘ubudiyyah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, perbuatan ini adalah syirik.
Dan yang dimaksud dengan ithra’ dalam hak Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah berlebih-lebihan dalam memujinya, padahal beliau telah melarang hal tersebut melalui sabda beliau:
لاَ تُطْرُوْنِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ.
“Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagai-mana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji ‘Isa putera Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka kata-kanlah, ‘‘Abdullaah wa Rasuuluhu (hamba Allah dan Rasul-Nya).’”[6]
Dengan kata lain, janganlah kalian memujiku secara bathil dan janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku. Hal itu sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang Nasrani terhadap ‘Isa Alaihissallam, sehingga mereka menganggapnya memiliki sifat Ilahiyyah. Karenanya, sifatilah aku sebagaimana Rabb-ku memberi sifat kepadaku, maka katakanlah: “Hamba Allah dan Rasul (utusan)-Nya.” [7]
‘Abdullah bin asy-Syikhkhir Radhiyallahu anhu berkata, “Ketika aku pergi bersama delegasi Bani ‘Amir untuk menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami berkata kepada beliau, “Engkau adalah sayyid (penguasa) kami!” Spontan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
اَلسَّيِّدُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى.
“Sayyid (penguasa) kita adalah Allah Tabaaraka wa Ta’aala!”
Lalu kami berkata, “Dan engkau adalah orang yang paling utama dan paling agung kebaikannya.” Serta merta beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:
قُوْلُوْا بِقَوْلِكُمْ أَو بَعْضِ قَوْلِكُمْ وَلاَ يَسْتَجْرِيَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ.
“Katakanlah sesuai dengan apa yang biasa (wajar) kalian katakan, atau seperti sebagian ucapan kalian dan janganlah sampai kalian terseret oleh syaithan.” [8]
Anas bin Malik Radhiyallahu anhu berkata, “Sebagian orang berkata kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, wahai orang yang terbaik di antara kami dan putera orang yang terbaik di antara kami! Wahai sayyid kami dan putera sayyid kami!’ Maka seketika itu juga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قُوْلُوْا بِقَوْلِكُمْ وَلاَ يَسْتَهْوِيَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ، أَنَا مُحَمَّدٌ، عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ، مَا أُحِبُّ أَنْ تَرْفَعُوْنِيْ فَوْقَ مَنْزِلَتِي الَّتِيْ أَنْزَلَنِيَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ.
“Wahai manusia, ucapkanlah dengan yang biasa (wajar) kalian ucapkan! Jangan kalian terbujuk oleh syaithan, aku (tidak lebih) adalah Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak suka kalian mengangkat (menyanjung)ku di atas (melebihi) kedudukan yang telah Allah berikan kepadaku.” [9]
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci jika orang-orang memujinya dengan berbagai ungkapan seperti: “Engkau adalah sayyidku, engkau adalah orang yang terbaik di antara kami, engkau adalah orang yang paling utama di antara kami, engkau adalah orang yang paling agung di antara kami.” Padahal sesungguhnya beliau adalah makhluk yang paling utama dan paling mulia secara mutlak. Meskipun demikian, beliau melarang mereka agar menjauhkan mereka dari sikap melampaui batas dan berlebih-lebihan dalam menyanjung hak beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga untuk menjaga kemurnian tauhid. Selanjutnya beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengarahkan mereka agar menyifati beliau dengan dua sifat yang merupakan derajat paling tinggi bagi hamba yang di dalamnya tidak ada ghuluw serta tidak membahayakan ‘aqidah. Dua sifat itu adalah ‘Abdullaah wa Rasuuluh (hamba dan utusan Allah).
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak suka disanjung melebihi dari apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan dan Allah ridhai. Tetapi banyak manusia yang melanggar larangan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut, sehingga mereka berdo’a kepadanya, meminta pertolongan kepadanya, bersumpah dengan namanya serta meminta kepadanya sesuatu yang tidak boleh diminta kecuali kepada Allah. Hal itu sebagaimana yang mereka lakukan ketika peringatan maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dalam kasidah atau anasyid, di mana mereka tidak membedakan antara hak Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan hak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Al-‘Allamah Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah dalam kasidah nuniyyah-nya berkata:
ِللهِ حَقٌّ لاَ يَكُوْنُ لِغَيْرِهِ
وَلِعَبْدِهِ حَقٌّ هُمَا حَقَّانِ
لاَ تَجْعَلُوا الْحَقَّيْنِ حَقًّا وَاحِدًا
مِنْ غَيْرِ تَمْيِيْزٍ وَلاَ فُرْقَانِ
وَلِعَبْدِهِ حَقٌّ هُمَا حَقَّانِ
لاَ تَجْعَلُوا الْحَقَّيْنِ حَقًّا وَاحِدًا
مِنْ غَيْرِ تَمْيِيْزٍ وَلاَ فُرْقَانِ
“Allah memiliki hak yang tidak dimiliki selain-Nya,
bagi hamba pun ada hak, dan ia adalah dua hak yang berbeda.
Jangan kalian jadikan dua hak itu menjadi satu hak,
tanpa memisahkan dan tanpa membedakannya.” [10]
bagi hamba pun ada hak, dan ia adalah dua hak yang berbeda.
Jangan kalian jadikan dua hak itu menjadi satu hak,
tanpa memisahkan dan tanpa membedakannya.” [10]
[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i, Po Box 7803/JACC 13340A Jakarta, Cetakan Ketiga 1427H/Juni 2006M]
BIRTH OF A BEAUTY: Every women are beautiful..
Retweet on Yunee29, 20 Mei 2016
Berikan pendapat anda setelah membaca sinopsis ini!
Seorang wanita bernama Sa Geum Ran, Gendut namun baik hati, menikah dengan seorang laki bernama Lee Gang Joon dari keluarga berada. Namun, Lee Gang Joon menghabiskan 7 tahun terakhir bekerja di USA. Sa Geum Ran tinggal bersama Ibu Mertua, Adik, dan Kakak ipar yang memperlakukannya dengan buruk. Akhirnya Sa Geum Ran mengetahui bahwa suaminya mempunyai kekasih lain yaitu dengan pembawa acara yang bekerja diperusahaan yang sama dengannya, Gyo Chae Yeon dan menginginkan perceraian. Keluarga Lee gang Joon mengetahui adanya wanita lain dan mendukung Lee Gang Joon untuk menceraikan Sa Geum Ran. Sa Geum Ran yang sakit hati berusaha mengancam suaminya hingga suaminya merencanakan untuk membunuhnya. Mobil yang dikendarai Sa Geum Ran jatuh ke laut dari tebing. Semua orang menyangka Sa Geum ran telah meninggal dunia setelah mobilnya ditemukan hancur tanpa mengira bahwa Ia sebenarnya masih hidup. Untuk membalas dendam kepada mereka yang telah berbuat jahat padanya, Sa Geum Ran memohon Han Tae Hee untuk membantunya melalui serangkaian operasi plastik. Dalam proses, Han Tae Hee dan Sa Geum Ran saling jatuh cinta.
Film ini sangat sangat menarik untuk ditonton!! Menggelitik sekaligus menegangkan.. Gw selalu ingin tahu intrik-intrik apa yang akan dilakukan oleh Sa Geum Ran seterusnya untuk membalas dendam kepada suami dan keluarganya yang luar biasa jahat. Sejujurnya film ini merupakan pembelajaran kepada kita bagaimana dunia begitu tidak adil terhadap wanita yang kelebihan berat badan alias gendut. Bagaimana pada umumnya masyarakat mendiskriminasikan wanita gendut dan wanita yang cantik.
Sa Geum Ran sebelum melakukan operasi plastik merupakan sosok yang lemah, rapuh, baik hati, dan naif. Ia begitu mempercayai bahwa suaminya, Lee Gang Joon menikahinya karena mencintainya. Ia menghabiskan 8 tahun mendedikasikan dirinya untuk merawat keluarga suaminya (Ayah, Ibu mertuanya, Adik dan kakak iparnya, Nenek suaminya yang menderita dementia) dan menanti suaminya kembali dari USA dengan setia. Namun apa yang ia dapatkan? Apa?!! Suaminya berselingkuh didepan matanya dan mertua yang selalu menghina bahkan mendukung selingkuhan suaminya dibandingkan dirinya! Bahkan suaminya sendiri berusaha membunuhnya!! Kejem ga sih???!!!
*Uurrghhh gw sampe emosi jiwa lihat kelakuan ibu mertua dan saudara iparnya!!*
Akhirnya Sa Geum Ran dengan seluruh kepasrahan, sakit hati -ga tau dah lagi berapa banyak kepahitan yang ia bawa- memohon kepada Han Tae Hee – yang ia sangka dokter bedah plastik – untuk mengubahnya menjadi cantik dengan harapan ia dapat membalas semua perlakukan jahat yang pernah diterimanya. Han Tae Hee pun menyetujuinya karena ia pun mempunyai misi yang sama, merebut Gyo Chae Yeon dari tangan Lee Gang Joon. Setelah melakukan operasi semua tubuh sampai rambut dan suaranya, Sa Geum Ran pun merubah identitasnya menjadi Sara dan tinggal bersama Han Tae Hee untuk melakukan misi balas dendamnya. Pada akhirnya, Sara pun menjadi terkenal melalui You tube dan menjadi selebriti.
Sara berubah dari sosok wanita yang lemah, yang hanya tahu bergantung pada suami menjadi sosok yang kuat, tegar, berani menghadapi tantangan, dan tahu cara melindungi cinta.
Han Tae Hee merupakan sosok yang diceritakan mengalami sindrom broken-heart, sebuah trauma psikologis yang mengakibatkan munculnya nyeri dada ketika ia berusaha mengingat atau mengalami kejadian yang berkaitan dengan masa lalunya – kedua orang tuanya dibunuh dalam rangka perebutan kekuasaan bisnis Winner Group –
Han Tae Hee tumbuh menjadi sosok genius yang berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan keluarganya dan hidup secara bebas. Namun, ternyata takdir menyeretnya kembali ke Winner Group dalam proses ia membantu Sa Geum Ran. Seperti lelaki lain, ia pun terpikat dengan kecantikan Sara dan lambat laun perasaan cinta pun tumbuh karena melihat Inner Beauty seorang Sa Geum Ran dibalik sosok cantik Sara.
Lee Gang Joon, ini sosok yang gw benci pertama dari keseluruhan pemain *hahaha jujur* mulai dari mukanya yang kelihatan abis seorang bajingan sampai karakternya yang emang parah banget sebagai seorang suami ataupun pacar *amit-amit deh!* Lee Gang Joon merupakan lelaki yang mudah tergoda wanita, ambisius, mampu menghalalkan segala cara untuk mencapai apa yang ia inginkan, dan super licik. Jung Gyu Woon berhasil memerankan sosok Lee Gang Joon melalui ekspresi wajahnya yang emang ‘mbencekno’ pol *begitu bahasa gaulnya orang Surabaya* Bener-bener ini lelaki kejam banget, setelah berusaha membunuh istrinya, ia bahkan menciptan surat wasiat palsu yang mengindikasikan bahwa istrinya mati buuh diri dan mengambil alih properti milik Sa Geum Ran secara illegal! Ironisnya, setelah apa yang ia lakukan dan balasan yang diterimanya, tidak pernah sekali pun Ia berpikir untuk bertobat dan meminta maaf kepada Sa Geum Ran.
Gyo Chae Yeon, sosok yang gw benci kedua. Sosok wanita yang bitchy abissss!! Dari awal kemunculan dah kelihatan kalo wanita ini adalah tipe serakah, egois, perebut kebahagiaan. Dan emang terbukti begitu.. Diceritakan Gyo Chae Yeon ini sosok yang ambisius dan egois, ia adalah WIL dan teman kuliah adik perempuan Lee Gang Joon. Gyo Chae Yeon merebut Lee Gang Joon dari Sa Geum Ran dan bahkan mengolok-olok Sa Geum Ran sebagai wanita yang tidak pantas mendampingi Lee Gang Joon yang menjadi CEO dari HBS TV. Lalu ia pun berhasil menikahi Lee Gang Joon namun kehidupan pernikahannya tidak berjalan lancar karena ulah Sara yang menggoda Lee Gang Joon. *Eiits… Bitchy-nya ga berhenti sampai disitu* Setelah Ia mengetahui bahwa Han Tae Hee – Oppa yang dulu ia campakkan demi Lee Gang Joon – adalah seorang pewaris perusahan besar, Winner Group, Gyo Chae Yeon menginginkan Han Tae Hee untuk jadi miliknya dan menciptakan serangkaian scenario untuk memisahkan Han Tae Hee dari Sara termasuk menghasut nenek Han Tae Hee. Sayangnya, hal itu tidak berhasil karena Han tae Hee terlanjur mencintai Sara. Sakiing egoisnya, dia juga bermaksud merebut properti Sara – yang direbut Lee Gang Joon – dengan mengancam Lee Gang Joon atas percobaan pembunuhan terhadap Sa Geum Ran. *Duuhh, pengen tapencet kaya kutu aja nih orang saking bencinya gw*
Sosok yang gw benci ketiga itu Ibu mertua Sa Geum Ran. Emang sih gw denger ibu mertua ada yang kaya nenek sihir gitu terhadap menantu, tapi ‘mbok yooh’ kok tega banget menantu dipanggil “babi” hanya karena ga cantik dan gendut?! Padahal selama ini semua pekerjaan rumah dari belanja ke pasar, masak, bersih-bersih, sampai mengurus nenek yang pikun dilakukan oleh Sa Geum Ran. Ucapan terima kasih aja ga ada. Masih tega-teganya memuji dan menyambut WIL terang-terangan. Parah banget dah pokoknya!
Secara keseluruhan film ini menarik untuk ditonton. Komedinya dapet, dramanya dapet, Endingnya juga bagus.. happy ending. Perfect deh.. Aksi-aksi balas dendam yang dilancarkan pun mengena bikin puas. Sosok Sa Geum Ran yang disini berhasil membuat gw terenyuh melihatnya dan turut berempati. Menurut gw kelemahan film ini terletak pada alur bagian menjelang ending. Alurnya terkesan agak kehilangan keseruannya, berjalan agak lambat.. dan kalo dipikir-pikir lagi seharusnya ada beberapa adegan yang secara realita ga perlu dilakukan, seperti: Sara ga harus berpisah dari Han Tae Hee, Ia bias saja menceritakan semuanya dan menyelesaikannya bersama-sama tanpa harus kabur dan menjauhi Han Tae Hee. Tapi kalo bagian itu dihilangkan mungkin “drama”nya jadi berkurang juga *hahahhaa…*
Bagian akhir menurut gw paling konyol dan kurang dimatangkan… Diceritakan pada endingnya, Han Tae Hee direncanakan untuk dibunuh dalam skenario peledakan gudang oleh Han Min Hyeok dengan menggunakan Lee Gang Joon. Nah Gw pikir ledakan itu bakalan dramatis seperti diatur pake remote dari luar kek atau tiba-tiba gudang terbakar hebat, Eeeeehh…. Ternyata hanya ada beberapa orang suruhan han Min Hyeok yang dikomando oleh Lee Gang Joon yang cuma menggunakan zippo untuk membakar gudang… Aduh! Ga keren blas sih menurut gw. Kalo gw jadi Han Tae Hee, itu zippo mah tinggal disebul aja dah aman.. atau misal sejelek-jeleknya zippo itu terjatuh, kayanya Han Tae Hee masih bisa melarikan diri sebelum seluruh gudang terbakar abis kan juga apinya ga bakalan cepet merembet karena gw juga ga melihat adanya aliran minyak di lantai gudangnya.. *hahahhaha* kayanya gw aja deh yang terlalu detail memikirkan adegan akhirnya… aniwei, still ini film bagus buat ditonton dan pastinya menggelitik untuk terus dilihat sampai endingnya. Gak lupa, beberapa adegan bakalan sukses buat kamu tertawa abis!
Gw akui film ini mengandung hikmah. Film ini bercerita bagaimana seorang wanita berjuang untuk balas dendam, cinta, dan kesuksesan dan hidup baru. Yang terpenting, si penulis skenario mengangkat tema yang akhir-akhir ini cukup popular terutama dikalangan wanita, yaitu: Operasi Plastik!
Sebagai wanita, keinginan untuk menjadi cantik itu tak terelakkan.. Ga munafik, setiap wanita selalu merasa ada bagian-bagian tubuhnya yang ingin diperbaiki dan Korea merupakan pusat trend dan menjadi standarisasi untuk kecantikan wanita Asia.
Film ini menginspirasikan kepada semua wanita bahwa pada dasarnya setiap wanita di muka bumi ini dilahirkan cantik. Operasi plastik tidak diperlukan bila setiap wanita memiliki kepercayaan diri. Yang terpenting bukan kecantikan yang terpancar lewat penampilan luar kita melainkan kecantikan yang terpancar dari dalam hati.
Selain itu, film ini berusaha mengingatkan bahwa dengan melakukan operasi plastik pun ada konsekuensinya apakah itu jangka pendek ataupun jangka panjang. Tidak selamanya operasi plastik itu aman dan menjanjikan hasil yang bagus.
Hidup bahagia tidak harus dicapai melalui operasi plastik atau memiliki wajah yang cantik karena Semua wanita itu cantik dan mereka bisa bahagia bila mereka mencintai dirinya sendiri apa adanya.
Beautiful woman is known from her inner beauty not from her outer appearance ~
Langganan:
Postingan (Atom)